TEH Indonesia ga laku?

Beberapa waktu yang lalu, mampir ke salah satu gerai fast food makanan Itali di salah satu mal di Gading. Entah emang bener pecinta TEH, tapi di sini pun swami memesan secangkir TEH. Kalau aku siy, sudah pasti tidak pernah mau pesan TEH, paling juga jus atau lebih hemat lagi kalau bawa air mineral sendiri.

Ketika pesanan diantar, tiba-tiba rasa nasionalisme-ku terusik. Ku baca dengan seksama bungkus teh itu, dan ternyata itu buatan negeri tetangga yang tukang recok itu. Mungkin kita selama ini tidak pernah peduli, karena terlalu sibuk dengan makanan utama lainnya, seperti yang kualami selama ini. Atau mungkin hari itu aku sedang kesambet roh para pahlawan negeri, sehingga merasa perlu menulis soal ini.


Sambil masih geleng-geleng kepala, bungkus teh itu menjadi salah satu topik sore itu. Tepatnya siy swami mendengarkanku ngomel-ngomel panjang lebar dengan mimik wajahnya yang mesem-mesem hampir tak peduli. Dan itu membuatku semakin kesal saja. Emang siy dia bener, abis mo diapain lagi katanya. Huh!!!
Aku benar-benar tak habis pikir, masak siy untuk TEH aja kudu impor???? Padahal Indonesia juga produsen teh 'kan? Atau udah engga lagi? Sejak kapan? Rasanya terakhir lewat puncak aku masih lihat tuh kebun teh terhampar luas? Atau ini murni masalah bisnis? Lalu di mana peran pemerintah?

Jika bicara tentang bisnis semata, pastinya mereka bisa saja berkelit bilang ini teh kualitas bagus harga murah, kata lainnya mengatakan teh Indonesia jelek dan mahal. Atau mungkin pengusaha teh Indonesia kalah tender? Tapi bukankah pemerintah bisa berperan serta? Dengan mewajibkan mereka menyediakan TEH INDONESIA? Atau jangan-jangan jika ini dilakukan pemerintah, maka bisa-bisa dibilang pemerintah itu picik dan mau melakukan monopoli?

Ribet ya? Tapi bener deh, pengen banget ngeliat setiap elemen bangsa ini lebih menghargai produk negeri sendiri. Produk luar tentu saja tetap boleh beredar dan dipakai, toh buktinya ada kok beberapa supermarket yang begitu memanjakan customernya dengan memenuhi supermarket itu dengan dominasi produk luar. Atau pihak resto boleh menyediakan pilihan, mau teh Indonesia atau teh impor? Terlalu muluk 'kah harapan ini?