Thursday, December 3, 2009

Pilihan Komunitas

Artikel ini menjadi penting bagi pemilik blog karena punya keterkaitan dengan salah satu komunitas dari beberapa komunitas yang disebutkan oleh penulis. Ketika membaca artikel ini, jadi teringat kepada komunitas terakhir yang saya ikuti, Komunitas Blogger Bekasi. Kenapa? Entahlah, tiba-tiba saja teringat :)

Kamis, 12 November 2009
Oleh : Joko Sugiarsono
 
"Menjadi komunitas pilihan memang bukan soal mudah. Namun, juga bukan sebuah utopia. Bagaimana caranya? Mari kita lucuti rahasia sukses beberapa komunitas yang mampu mewujudkannya."

Pengurus Bike to Work (B2W) boleh saja enggan menyebutkan komunitasnya sebagai komunitas penggemar bersepeda paling menonjol. Akan tetapi, jelas sudah tanpa klaim mereka pun, B2W memang komunitas istimewa. Simak saja apresiasi berbagai kalangan kepada komunitas yang didirikan Toto Sugito, Taufik Hidayat dan Tekad Adiyono ini. Pada 2006, B2W memperoleh penghargaan Clean Air Award dari lembaga bergengsi Swiss Contact karena peran kepeloporannya di bidang perbaikan lingkungan (udara). Lalu, pada 2007 komunitas ini dipercaya sebagai penyelenggara kegiatan pendahuluan Konferensi PBB untuk Perubahan Iklim (UNFCCC) di Denpasar dengan kegiatan bersepeda Jakarta-Bali, yang rombongannya dilepas Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Dari segi nama, popularitas komunitas yang dideklarasikan pada 27 Agustus 2005 ini tak usah dipertanyakan. Jumlah anggotanya pun berkembang pesat, dari hanya 2.500 orang pada 2006, menjadi 5 ribu orang pada 2007, dan 10 ribu orang pada 2008. “Tahun (2009) ini diperkirakan anggotanya mencapai 22 ribu orang,” kata Rivo Pamudji, Ketua I B2W. Jaringan (cabang)-nya pun sudah tersebar di 36 wilayah setingkat kabupaten/kotamadya di berbagai daerah di Indonesia. Salah satu efeknya,”Sejak kampanye pertama B2W (pada 4 Agustus 2004), kami sudah mendapat berbagai tawaran kerja sama dari banyak perusahaan,” kata Taufik Hidayat.

Di Indonesia, komunitas istimewa seperti ini bukan hanya B2W. Contoh lainnya adalah id-BlackBerry, komunitas pengguna dan penggemar BlackBerry di Tanah Air. Pada 2005 delapan pemilik Blackberry awal merintis milis (mailing list) BlackBerry pertama di Indonesia (id-blackberry@ yahoogroups. com). Agus Winarto, salah satu moderator id-BlackBerry, mengakui saat ini memang cukup banyak komunitas BlackBerry berbasis milis di Indonesia, tetapi komunitas yang dikelolanya diklaimnya paling besar. “Yang membuat besar komunitas ini karena id-BlackBerry merupakan milis pertama di Indonesia,” katanya. Ya, kepeloporan memang bisa membuat sebuah komunitas jadi pilihan. Bahkan, Arie S. Antara, salah seorang pendiri dan moderator id-BlackBerry, berani mengklaim milis BlackBerry-nya ini merupakan yang terbesar di dunia. “Lebih dari 5 ribu anggota telah bergabung di milis ini, sedangkan milis di AS saja cuma punya 3 ribu anggota. Saya tahu karena saya juga moderator milis BlackBerry di sana,” kata Arie dengan nada bangga. Yang juga istimewa, traffic di milis ini dalam sehari mencapai 1.000-1.500 posting. Namun, keterangan ini bisa diterima karena pertumbuhan pengguna BlackBerry di Indonesia tergolong tertinggi di dunia, dengan data terakhir, seperti disebut Agus, mencapai 800%.

Yang menarik, sebuah fans club juga bisa jadi komunitas istimewa. Contohnya Chelsea Indonesia Supporters Club (CISC), klub para penggemar Chelsea FC. Komunitas penggemar klub sepak bola yang didirikan oleh Mogamas Farkhan, Agung Santoso, Retni Setyawati dan Ary Muladi pada 7 Oktober 2003 ini sudah terdaftar resmi di London. Anggota aktifnya kini mencapai 1.400 orang, sedangkan forum dan milis di website-nya menampung lebih dari 4.500 peserta. Komunitas ini boleh berbangga karena sudah dua kali diundang ESPN dalam pertemuan antar-fans club sepak bola se-Asia Tenggara. Dalam hal prestasi, di sekretariatnya telah berjejer berbagai piala, termasuk Piala Bergilir dari Menpora (Kejuaraan Futsal Antar-Fans Club).

Tiga komunitas di atas bisa dijadikan contoh di antara komunitas-komunitas yang pantas dinilai sebagai komunitas pilihan (communities of choice). Mereka punya ciri-ciri, antara lain, namanya beken (populer), anggotanya banyak dan terus berkembang, menonjol di antara komunitas sejenis, dicintai dan diloyali anggotanya, diapresiasi banyak kalangan, serta diminati kalangan produsen ataupun pemilik merek produk yang ingin mendongkrak nama dan citranya. Tentu saja, ada beberapa komunitas lain di luar ketiga komunitas tadi yang sudah bisa dimasukkan dalam kelompok komunitas pilihan ini.

Lantas, bagaimana mereka bisa mengembangkan komunitas masing-masing sebagai community of choice? Kita bisa belajar dari para pelaku di lapangan seperti mereka. Pertama, sebuah komunitas bisa menjadi komunitas pilihan karena menawarkan sebuah visi-misi yang idealis. Ini, misalnya, bisa dilihat dari kehadiran B2W. Ketika dideklarasikan pada 27 Agustus 2005, visi yang dipancangkan adalah ikut menciptakan lingkungan hidup yang sehat dengan kegiatan bersepeda. Di antara misi besarnya adalah membudayakan kegiatan bersepeda untuk beraktivitas (istilah “to work” tak hanya diartikan “bekerja”, tetapi “beraktivitas” ) dan mendorong terwujudnya jalur khusus sepeda di kota-kota di seluruh Indonesia. “Idealisme untuk mengampanyekan lingkungan sehat melalui bersepeda itulah yang membuat B2W bisa menjadi besar seperti sekarang,” kata Taufik meyakini.

Rasanya tak berlebihan. Ketika dideklarasikan, sudah cukup banyak komunitas bersepeda di Tanah Air. Ingat saja, para pendiri B2W sendiri sebelumnya adalah para pegiat aktivitas bersepeda lewat Komunitas Mountain Bike-Jalur Pipa Gas di seputar Bintaro dan BSD.

Akan tetapi, visi-misi besar tak ada gunanya bila para anggota komunitas tak memperoleh manfaat. Untuk menjadi komunitas pilihan, sebuah komunitas harus mampu memberikan manfaat bagi anggotanya. Contohnya, dengan ikut B2W, anggota bisa memperoleh pengalaman menarik dalam bersepeda, misalnya lewat acara Fun Bike dan touring. Selain itu, juga bisa memperoleh pengetahuan soal safety riding dan perawatan sepeda, serta asuransi dalam aktivitas bersepeda.

Di komunitas id-BlackBerry, banyak anggota yang bergabung lantaran mengejar manfaatnya. Maklumlah, sebagai produk teknologi, pengguna baru tentu ingin belajar bagaimana memanfatkan handset BlackBerry berikut layanannya. Pengguna lama pun tentu ingin memperkaya pengalamannya ber-BlackBerry, misalnya dengan berbagi pengalaman atau aplikasi. “Di sini memang tempat orang yang ingin tahu dan sharing tentang BlackBerry,” kata Agus Winarto. Reisa Kartikasari, dokter di RS Polri Kramatjati yang baru jadi anggota id-BlackBerry tiga bulan lalu, misalnya, mengaku memperoleh manfaat dengan mengikuti komunitas ini. “Selain menambah pengetahuan dan sharing pengalaman dari orang yang lebih tahu BlackBerry, saya juga bisa menambah wawasan lain dan teman lewat forum chatting,” kata sang dokter semringah.

Semakin banyak dan beragam aktivitas yang digulirkan komunitas, secara umum anggota tentu makin senang, dan di sisi lain juga bisa menarik anggota baru. B2W selain menyelenggarakan ajang bersepeda bersama, seperti sudah disinggung, juga mengadakan acara workshop (safety riding, perawatan sepeda, dan sebagainya), bahkan terlibat sebagai pelaku penting dalam kampanye internasional.

Jakarta Mio Club (JMC) juga termasuk komunitas yang rajin menggeber aneka kegiatan. Setiap tahun sedikitnya ada tiga kali touring dengan motor skutik Yamaha Mio mengelilingi kota untuk pelantikan anggota. Kegiatan rutin lainnya adalah kontes modifikasi dan rolling thunder dengan menampilkan aksi-aksi atraktif anggota JMC. “Kegiatan-kegiatan itu yang membuat anggota saling kenal dan dekat,” kata Fathur Rahman, Ketua Umum JMC. Bukan hanya soliditas komunitas yang diperoleh, tetapi juga penambahan anggota baru. Tak mengherankan, meski relatif baru, JMC kini punya 500 anggota. Dalam waktu dekat bahkan akan buka chapter (cabang) di Depok dan Bekasi.

Rupanya, komunitas-komunitas beken ini bukan hanya punya aneka kegiatan berorientasi internal (untuk anggota), tetapi juga kegiatan untuk lingkungan dan masyarakat. JMC, misalnya, dua kali setahun menggelar acara touring bakti sosial (baksos) dan donor darah. “Tapi, karena sekarang lagi musim bencana, acara baksos kami jadi lebih sering,” kata Fathur. B2W juga punya program donor darah, penggalangan dana korban bencana, dan bakti sosial di panti-panti asuhan selama bulan puasa. Bahkan, acara seperti ini sudah digarap di cabang-cabangnya. Dan, komunitas id-BlackBerry yang sebenarnya lebih berbasis milis pun seperti tak mau kalah. “Kami juga pernah membuat kegiatan untuk menyumbang korban gempa di Tasik,” kata Dian Adiwaskitarini, moderator milis id-BlackBerry lainnya.

Guna lebih mengenalkan nama dan citranya, juga untuk memperbesar gaung aktivitasnya, beberapa di antara komunitas pilihan ini juga menyadari pentingnya promosi dan komunikasi pemasaran. Aktivitas B2W, sebagai contoh, banyak diliput media. Bahkan, ketika melakukan kampanye pertama pada 4 Agustus 2004 sebelum komunitas ini dideklarasikan, perintisnya sudah memikirkan lokasi dan caranya agar diliput media. Memang, acara kampanye yang dilakukan di halaman Gedung Bank Danamon (kini Gedung Sampoerna Strategic) itu yang tadinya ditargetkan hanya didatangi 50 penggemar bersepeda ternyata diikuti 120 penggemar. Dalam beberapa hari media juga masih meliput peristiwa itu. “Telepon saya tidak berhenti sejak itu, karena banyak orang menanyakan B2W,” Taufik mengenang. “Media memberikan kontribusi sangat besar dalam membesarkan nama B2W,” kata Taufik lagi mengakui.

CISC juga tergolong rajin berpromosi, terutama lewat media-media khusus olah raga, Internet, serta secara word of mouth. Promosi lewat media massa ini, menurut Agung Santoso, salah satu pendirinya yang kini duduk sebagai penasihat, tanpa biaya. “Biasanya mereka sediakan space khusus, gratis untuk menyalurkan aspirasi. Kami promosi di sana,” katanya.

Mereka bisa menjadi komunitas pilihan ternyata juga karena kemampuan mereka bergaul dan bekerja sama dengan lembaga ataupun komunitas lainnya. “Sangat penting adanya kolaborasi antarkomunitas,” kata Arie dari id-BlackBerry. Komunitasnya, misalnya, bekerja sama dengan komunitas Gadtorade (Gadget to Trade) yang memang berisi para penggemar gadget, untuk menyelenggarakan acara mengupas problematika BlackBerry dan solusinya. Arie mengungkapkan pihaknya juga akan menjalin kerja sama dengan komunitas penggemar touring seperti dari Harley-Davidson atau komunitas bersepeda, dengan sasaran mereka -- yang mungkin juga pengguna Blackberry -- bisa memanfaatkan fasilitas GPS-nya.

Dalam konteks aktivitas intercommunity ini, Prasetiya Mulya menyebutkan bahwa pola interaksi yang bersifat “tasking” alias “pembagian tugas” dinilai sebagai pola kemitraan yang ideal. Dalam hal ini, meskipun ada perbedaan nilai (diferensiasi) yang tinggi, ada kesamaan nilai (kecenderungan) yang tinggi pula untuk bekerja sama. Dalam pola ini, komunitas pengajak selanjutnya membuat kemitraan pula dengan komunitas lainnya.

Yang juga menarik diamati, komunitas pilihan ini umumnya juga punya pengaruh (positif) terhadap bisnis. Tidak hanya komunitas yang diinisiasi produsen, tetapi juga yang didirikan atas inisiatif konsumen. Sudah jamak bila produsen atau pemilik merek tertentu akan mengamati komunitas yang mengusung mereknya. Itulah mengapa RIM segera memberikan dukungan sebaik mungkin ketika mengetahui betapa potensial dan pesatnya perkembangan komunitas id-BlackBerry. Indosat sebagai salah satu reseller dan penyedia layanan BlackBerry di Tanah Air pun tak menyia-nyiakan berkembangnya komunitas penggunanya. “Mereka bisa berfungsi sebagai penampung saran,” kata Hesti D. Priamsari, Kepala Divisi Loyalitas & Retensi Integrated Marketing Indosat. Pengaruh lainnya,”Turn rate (tingkat perpindahan pelanggan) anggota komunitas itu jauh lebih kecil, cuma 2%, padahal rata-rata industri telco sampai 12%. ARPU (average revenue per user) mereka juga lebih tinggi dari pelanggan lainnya,” kata Hesti lagi.

Begitu pula, melihat berkembangnya komunitas Avanza-Xenia Indonesia Club (AXIC), yang juga dibentuk atas inisiatif konsumen, PT Toyota Astra Motor (TAM) tak segan memberikan dukungan untuk berbagai kegiatannya, bahkan dalam bentuk materiil (misalnya, dana). Maklumlah, AXIC kini telah tumbuh menjadi komunitas pengguna produk TAM yang paling besar dari segi jumlah anggota -- walaupun umurnya relatif masih muda. “Dukungan TAM kepada komunitas itu lantaran adanya imbas positif dari komunitas untuk merek kami,” ujar Achmad Rizal, Manajer Komunikasi Pemasaran TAM.

Produsen atau pemilik merek yang sigap bahkan bisa memanfaatkan komunitas independen yang tidak mengusung merek tertentu. Contoh paling gampang melihat apa yang dilakukan Polygon. Ronny Liyanto, GM Polygon, mengaku selama ini telah menjalin kerja sama dengan puluhan komunitas bersepeda, antara lain B2W, Komunitas Sepeda Ontel, Komunitas Sepeda Gunung dan Komunitas Sepeda Lipat. “Intinya, kami mau bekerja sama dengan komunitas-komunitas yang punya kesamaan visi dengan kami, yakni memasyarakatkan gaya hidup bersepeda,” katanya.

Di antara komunitas bersepeda, B2W yang kelihatan paling mampu melakukan kerja sama mutualistis dengan produsen sepeda seperti Polygon. Contohnya, komunitas ini telah mengajukan desain pembuatan sepeda dengan harga terjangkau. Tahun lalu tipe sepeda buatan B2W bisa terjual hingga 2 ribu unit. “Belum pernah ada satu tipe sepeda yang terjual habis sebanyak 2 ribu unit dalam setahun,” kata Ronny. Yang terbaru, desain sepeda lipat B2W untuk produksi pertama sebanyak 400 unit pada Agustus lalu ludes tak sampai sebulan. “B2W tentu mendapatkan royalti dari setiap penjualan sepeda tersebut. Pemasukan ini akan digunakan untuk mendukung kegiatan komunitas ini,” kata Rivo terus terang.

Seperti terungkap dalam penuturan di atas, komunitas-komunitas beken itu -- lewat kepeloporan, visi, strategi ataupun kreativitas dalam aktivitas mereka -- mampu menunjukkan keunggulan dan keistimewaan mereka, sehingga bisa menjadi komunitas pilihan. Kita sudah mengetahui, cukup banyak komunitas bersepeda, tetapi B2W bisa tampil terdepan. Begitu pula, cukup banyak komunitas pengguna BlackBerry, tetapi komunitas id-BlackBerry yang berbasis milis bisa memiliki anggota terbanyak, bahkan diklaim sedunia. Juga, cukup banyak komunitas yang mengusung merek-merek produk TAM di Tanah Air, tetapi AXIC-lah yang bisa menonjol.

Jalan lain untuk menjadi komunitas pilihan adalah siap update alias bersikap adaptif terhadap perkembangan dan hal-hal baru. Komunitas yang terkait dengan gadget biasanya memang harus mampu memiliki sikap dan kemampuan ini bila ingin diminati orang. Maklumlah, perkembangan teknologi demikian pesat. Komunitas id-BlackBerry termasuk yang mampu mengakomodasi kebutuhan anggota terhadap perkembangan terbaru seperti itu. “Mereka (para pengguna) rupanya sangat peka dengan hal-hal baru,” kata Agus Winarto. Ia bahkan menyebutkan ada “kegilaan” sebagian anggota ketika ada versi ataupun aplikasi BlackBerry terbaru. “Ketika belum resmi hadir di Indonesia, teman-teman di komunitas ini sudah bisa mencobanya,” katanya lagi bangga.

Namun, betulkah adaptif terhadap hal-hal baru hanya milik komunitas gadget? Tidak juga rupanya. Contohnya, B2W terlihat tak ketinggalan isu terbaru, misalnya kini mengembangkan kegiatan yang terkait dengan tren Go Green. Contoh lainnya, mengakomodasi tren sepeda lipat.

Nah, beragam kegiatan, apalagi bila ingin berjalan rutin bahkan ada yang sampai beraroma bisnis, jangan digarap secara serampangan dan asal-asalan tanpa rencana. Kenyataannya, meski komunitas ini pada dasarnya berupa paguyuban, beberapa komunitas yang sudah mapan memang punya organisasi yang cukup rapi dan efektif. Ini antara lain bisa dilihat dari adanya pengurus berikut strukturnya, aturan main (peraturan, misalnya AD-ART), program yang sistematis, dan kehadiran cabang-cabang pendukungnya di berbagai daerah. Proses regenerasi kepengurusan, misalnya, sudah terjadi di B2W. “Peran pendiri itu memang fakta sejarah. Tapi, saya berterima kasih kepada para pengurus yang telah meneruskan kampanye B2W,” kata Taufik Hidayat. Kini, komunitas yang telah beranggotakan 22 ribu orang ini punya cabang di 36 wilayah. Masing-masing punya otonomi sendiri untuk mengembangkan kreativitas mereka. “Hubungan dengan B2W Indonesia bersifat koordinatif saja,” kata Afan Mendrova, Ketua II B2W. “Saat ini kami malah sedang merumuskan mekanisme musyawarah nasional atau jambore B2W Indonesia agar bisa merumuskan berbagai macam agenda nasional B2W,” tambah Afan.

Ya, banyak jalan menuju Roma. Banyak jalan pula untuk menjadi komunitas pilihan.


Reportase: Ahmad Yasir Saputra, Moh. Husni Mubarak, Herning Banirestu, Sigit A. Nugroho, Siti Ruslina


BOKS
------------ --------- --------- --------- --------- --------- --------- --------- --------- --------- -----
10 Jalan Menjadi Komunitas Pilihan

(1)Punya visi-misi ideal
(2)Punya organisasi dan mekanisme kerja yang efektif
(3) Mampu menggulirkan aneka kegiatan bermanfaat
(4) Bisa mengomunikasikan serta mempromosikan peran dan kegiatannya
(5) Bisa memberi manfaat untuk anggotanya
(6) Punya kepedulian pada lingkungan dan masalah sosial
(7) Mampu menunjukkan kepeloporan ataupun keunggulan di bidangnya
(8) Mampu menjalin kerja sama dengan lembaga dan komunitas lainnya
(9) Bisa memberikan dampak positif pada dunia bisnis
(10)Bisa beradaptasi dengan perkembangan dan hal-hal baru


Poin terpenting dari artikel ini menurutku adalah  tentang sepuluh poin di atas, kiranya dapat menjadi pengingat bagi setiap komunitas yang sudah berdiri maupun yang akan berdiri. Tanpa itu, rasanya sulit bagi sebuah komunitas untuk bisa bertahan lama. Tidak percaya? Coba saja :)


2 comments:

  1. Di usianya yang masih sangat balita, Komunitas Blogger Bekasi memang masih perlu belajar banyak dari keberhasilan komunitas2 tsb di atas. Saya sendiri juga pernah membuat tulisan tentang sukses kompasiana yang semoga bisa jadi pembelajaran bagi kita.

    Dari sepuluh poin yang dibold, saya rasa poin 1 be-blog sudah memilikinya. Untuk poin2 lain masih harus melengkapinya. Untuk itu peran Mbak Ninik an teman2 anggota be-blog lainnya sangat vital dalam mengembangkan dan mendorong kemajuan be-blog secara bersama-sama.

    ReplyDelete
  2. Wah, pak Ketua turun gunung niy :D

    Be-Blog memang sudah punya visi misi yang mungkin memang sudah ideal, namun terkadang 'temuan' dari 'obrolan' di balik layar seringkali membuat persepsi tentang sebuah visi misi berbeda, dan ketika kita ingin menghargai perbedaan itu, tentu saja ada sikap yang harus ditentukan. Maju atau terus? Eh sama saja ya? :)) Maksud saya, maju atau diam di tempat?

    Titah pak Ketua untuk mendorong kemajuan Be-Blog, akan kami upayakan semampu kami, walau tentu saja kembali pada prioritas masing".

    Maju terus BE-BLOG!!!

    ReplyDelete