Di layar kaca terlihat ada 5 kandidat, 3 anak laki-laki dan 2 anak perempuan. Aku sempat berkomentar, ini perlombaan apa siy, kok anak laki-lakinya udah besar-besar gitu, sementara anak perempuannya mungil2 sangat? Begitu melihat ada Deddy Cobuzier di jajaran juri, baru ngeuh kalau ini seperti pertandingan THE MASTER-nya orang dewasa. Selain Deddy, ada Ruhut Sitompul dan Alya Rohali yang menemaninya menjadi juri sore itu.
Pembawa acara, Adi yang dulu menjadi host AFI di Indosiar, yang menurutku (mungkin siy dia cuma mengikuti apa kata produser ya?!) terlalu jahat karena mengulur-ulur waktu demi pengumuman kandidat mana yang tereliminasi. Baiklah, tepatnya tidak bisa menyalahkan Adi sebagai host, karena semuanya sudah diatur secara detil oleh produser, atau ada yang lain yang lebih berwenang daripada seorang produser? Tolong kasih tau aku agar aku tidak salah ok.
Host Adi terus berkata-kata mendramatisir keadaan sehingga suasana begitu mencekam. Wajah Alya Rohali kelihatan tegang. Aku sempat bingung, kok Alya mau ya jadi juri? Apa karena bayarannya? Lalu ke mana hati nuraninya? Menit demi menit berlalu, host Adi masih saja sibuk berkata-kata, dan lima kandidat terlihat semakin gelisah. Yang paling menyebalkan, sudah dalam keadaan tegang seperti itu, tiba-tiba host Adi bilang break dulu untuk iklan. N****!!!
Amarahku mulai tersulut ketika satu anak perempuan mulai menangis. Anak itu kelihatan tabah, tapi seberapa kuatkan seorang bocah menahan ketegangan seperti itu? Huh! Sesi selanjutnya anak laki2 paling besar masuk ke zona aman yang berarti minggu depan dia bisa ikut bertarung lagi. Empat anak disejajarkan lagi sambil mendengarkan host Adi ngoceh entah apa yang jelas makin membuatku ngoceh tak jelas juga di depan tv. Kamera juga secara bergantian menyoroti ekspresi orang tua dari para bocah itu. Sepertinya ekspresi para orang tua itu sangat bagus untuk dijual sehingga kamera merasa perlu menyoroti mereka bergantian berulang-ulang. Huh!!
Iklan lagi, aku ngedumel lagi. Ketika sesi selanjutnya dimulai, Fadia dan satu lagi anak perempuan maju ke depan. Kedua bocah perempuan itu sudah berurai air mata. Host Adi masih sibuk berkata-kata sampai di penghujung waktu mendekati iklan, dia baru bilang Fadia masuk zona tidak aman. Lalu, Kevin disuruh maju menemani Fadia yang berarti satu bocah laki2 masuk zona aman.
Sesi ini yang membuatku semakin ngedumel. KOK TEGA BENER SIY???? Menurutku ini sudah eksploitasi anak yang sangat keterlaluan. Host Adi yang mengulur-ulur waktu menurutku sangat mempermainkan perasaan kedua bocah itu, terutama Fadia yang sudah menangis tersedu-sedu. Sudah begitu, masih juga host Adi tega sekali menanyai Fadia tentang apa yang dia rasakan saat itu???? Hey, please deh? Menurut lu apa yang dia rasain, Adi? *duh napa gw jadi marah sama si Adi yah?*
Ketika host Adi melontarkan pertanyaan yang sama kepada Kevin, dengan lancar Kevin bilang kalau dia TAKUT. Host Adi masih nanya pula, TAKUT APA? S***!!! Lu kira takut apa? Ya takut di-eliminasi, begitu kata Kevin. Tapi aku masih memaklumi sedikit, karena Kevin sudah besar, baik secara fisik maupun umur, jelas dia lebih kuat daripada Fadia yang menurut taksiranku paling juga baru berusia 6-7thn????
Sudah selesai? BELUM! Host Adi memanggil seseorang yang memerankan eksekutor dan berpenampilan seperti seorang nenek sihir. Sedu sedan Fadia semakin keras terdengar ketika si nenek sihir itu membuka tali jubah yang dikenakan Fadia. Sungguh memilukan! Aku saja yang belum jadi seorang ibu, merasa pilu sangad, kenapa orang lain sepertinya menikmati???? Tangis Fadia tidak berhenti, walau nenek sihir sudah berpindah ke Kevin untuk membuka tali jubah Kevin.
Dan waktu semakin mempermainkan perasaan penontonnya, termasuk juri. Alya Rohali terlihat berlinang airmata, semoga itu bukan airmata buaya. Sorry ya Al, aku tidak ada masalah denganmu, tapi menurutku sungguh tak pantas Alya duduk manis menonton semua itu, kemana hati nuranimu sebagai ibu siy????? *duh gw ngedumelin ulah Juri, padahal orang tua Fadia juga ada di sana, dan keliatan lebih tenang tuh, najong tralala 'kan?*
Adegan eksekusi akhirnya usai, ketika nenek sihir mengangkat tangan Kevin yang berarti Kevin harus pulang karena tereliminasi. Kalau tadi Kevin masih tegak, kali ini dia lemah, dia menangis, kepercayaan dirinya runtuh. Ya, tadi dia sangat percaya diri bakal aman, jelas sekali dia pikir Fadia yang akan pulang. Untuk sekian lama, Kevin masih menutup wajahnya menangis. Bahkan ketika Deddy C berkomentar pun dia belum berubah posisi (membelakangi kamera dan menutup wajahnya). Deddy bilang kurleb begini:
"Di antara semua kandidat yang ada di sini, menurut saya Kevin adalah yang terbaik, sehingga saya sangat kecewa karena perolehan SMS yang rendah sekali untuk Kevin. Saya mau bilang bahwa yang tereliminasi bukanlah yang terburuk, dan yang tinggal belum tentu pula yang terbaik. bla bla bla ....."
Yo weslah, apapun komentar Deddy, sepertinya sudah ga penting, apalagi buatku. Yang penting buatku, sampai kapan hal seperti ini akan berlangsung? Apa tidak ada cara eksekusi yang lebih manusiawi daripada mendramatisir sedemikian rupa? Ini anak-anak lho yang mo dieksekusi. Wong yang dewasa aja pun bisa pingsan klo cara di dramatisirnya seperti itu, mosok engga bisa kepikiran klo anak-anak akan gimana? Apa produsernya itu engga tau kalau hal seperti itu dapat mengganggu anak-anak itu secara psikologi? Atau aku aja yang kurang kerjaan, karena aku sirik berhubung bukan anak yang ada di pentas itu? Kenapa pula aku yang kebakaran jenggot, padahal orang tua anak-anak itu aja anteng2 kok menonton anak mereka dieskploitasi??? Bagaimana ini KPI?
Kebetulan saya search dan baru nemu ini, saya orang tua Fadia... secara pribadi saya kemarin bukannya tenang-tenang saja seperti mungkin yang anda lihat... saya marah... tapi tak bisa naik ke panggung...
ReplyDeleteWew ... Ga nyangka juga klo mas Bambang nyangsang dimarih :D
ReplyDeleteBiasa deh mas, emosi sesaat penonton hehehe ...
O jadi gitu yah? Kirain njenengan tenang2 saja, maaf deh klo salah persepsi.
Semoga Fadia tidak trauma samasekali yah, salam buat Fadia yang manis :)